Entah apa yang akan aku tulis. Otakku macet, pikiranku
buntu dan daya imajinasiku menghilang entah kemana. Hanya ada satu nama dalam
hati dan otakku. Arya. Ya, nama itulah yang mampu membuat hatiku tak karuan
belakangan ini. Aku mengenal Arya memamang sudah lama, semenjak duduk di bangku
SMP, aku sudah mengenalnya. Tapi entah bagaimana awalnya aku bisa menyimpan
perasaan untuknya. Mungkin ini karmaku, karena dulu aku sering menggodanya
dengan panggilan ‘sayang’. Tapi saat itu aku hanya bercanda, tidak sungguh-sungguh.
Dulu, dia selalu ada saat aku sedang memiliki masalah
dengan pacar-pacarku, dia selalu menberiku nasehat. Itu dulu, sekarang dia
seperti menjauhiku. Entah salah apa yang ku buat sehingga dia menjauhiku. Apa
karena smsku tempo hari yang mengatakan kalau aku menyukainya? Atau dia marah
karena aku terlalu mendesaknya untuk mengatakan siapa wanita yang dia sukai
saat ini? Entahlah, biarkan saja waktu yang kan menjawab semua ini.
Jujur saja, saat ini aku sangat merindukannya,
sampai-sampai terbawa dalam mimpi. Tapi aku malu jika aku harus mengatakan
padanya, karena dia tidak mungkin mempercayai apa yang ku katakan. Aku
terlanjur selalu mengatakannya jika aku mengirim message duluan. Aku hanya bisa
merindukannya dari kejauhan, melihatnya tersenyum bersama teman-temannya dari
balik pintu kelasku.
“Lagi apa sih? Dari tadi celingukan keluar terus?” Nesya
mengejutkanku.
“Nggak, nggak ada apa-apa kok, cuma lagi pengen aja.”
Jawabku bohong.
“Alah, bohong kamu, jujur saja kamu suka sama siapa
sih?” selidik Nesya.
“Nggak lagi suka sama siapa-siapa kok, sure...” kataku
sambil mengacungkan dua jariku.
“Aku tau kamu, Sam. Kamu nggak bisa bohongin aku!”
“Sekarang bukan waktu yang
tepat untuk membahas hal ini, suatu saat nanti kamu pasti tau kok,” aku pergi
meninggalkan Nesya.
Kalau masalah menutupi perasaan, aku memang pintar.
Karena sampai saat ini, tidak ada satupun orang yang tau mengenai perasaanku.
Aku berusaha menutupi semuanya serapi mungkin, karena jika satu oreng saja
mengetahui hal ini maka satu sekolahpun akan tau.
Saat aku berjalan menuju tempat parkir, di belakang Arya
sedang bercanda ria bersama teman-temannya yang lain. Entah mengapa saat aku
melihatnya, dia selalu menunduk seolah tidak ingin melihatku. Ingin sekali aku
menegurnya dan bertanya ‘mengapa kau
bertingkah seperti itu? Apakah kau benci padaku?’ namun aku aku selalu
mengurungkan niatku tersebut. Rasa penasaranku selalu menciut saat aku melihat
bahwa dia sedang berjalan bersama Revan, teman SMP ku juga.
Saat sampai
dirumah, aku langsung membuka hp ku dan menulis pesan untuk Arya.
‘km knp sih, dri kmren kya yg jauhin
aq? :’( ‘ send. Beberapa jam aku
menunggu, tidak ada juga balasan, hingga aku tertidur. Dan saat aku bangun pun
ia belum juga membalas pesanku. ‘kayanya
dia benar-benar nggak mau mengenalku. Bahkan hanya untuk membalas pesan saja,
dia nggak mau’ ucapku dalam hati. Tapi ya sudah lah, mungkin aku juga harus
menjauhinya dan berusaha untuk menghaouskan rasa cintaku padanya.
Keesokan harinya, kebetulan aku bertemu dengannya di
tempat parkir. Aku berpura-pura tidak melihatnya, karena hal itulah yang selama
ini ku lakukan semenjak dia menjauhiku.
“Sam!” teriak seseorang dibelakangku. Aku menoleh, Arya
melambaikan tangannya. Aku menghentikan langkahku dan menunggu Arya menyusulku.
“Ada apa?” tanyaku dingin.
“Maaf ya, semalam pesan kamu nggak aku bales. Soalnya
aku lagi nggak punya pulsa.” Jawabnya.
“Oh iya, nggak apaapa kok.” Ucapku singkat. Hanya itu
saja yang dia katakan, setelah itu dia mendahuluiku dan meninggalkanku.
Terkadang aku heran mengapa aku bisa menyukai Arya, apa istimewanya dia buat
aku? Mengapa rasa aneh itu tidak tidak datang dari dulu, mengapa rasa itu baru
datang sekarang? Dia itu pemalu, pendiam, dingin, sederhana, juga bergaya
biasa-biasa saja malah terkesan cupu. Mungkin itulah yang membuatku
menyukainnya. Ya, aku menyukainya hanya menyukainya, bukan menyayanginya. Tapi
itu cukup membuat hatiku tersiksa, karena tanpa ku sadar aku telah jatuh cinta
padanya, sosok sederhana yang penuh misteri. Entah sampai kapan aku memendam
perasaanku ini padanya, biarlah kisahku mengalir apa adanya, tidak perlu
terlalu dipaksakan. Biarkan ku jalani semua suratan yang telah Tuhan tuliska
untukku. Berharap Tuhan kan menyampaikan apa yang ku rasa selama ini padamu,
Arya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar