Sabtu, 18 Mei 2013

Cerpen : Cinta Tak Berujung



Entah apa yang akan aku tulis. Otakku macet, pikiranku buntu dan daya imajinasiku menghilang entah kemana. Hanya ada satu nama dalam hati dan otakku. Arya. Ya, nama itulah yang mampu membuat hatiku tak karuan belakangan ini. Aku mengenal Arya memamang sudah lama, semenjak duduk di bangku SMP, aku sudah mengenalnya. Tapi entah bagaimana awalnya aku bisa menyimpan perasaan untuknya. Mungkin ini karmaku, karena dulu aku sering menggodanya dengan panggilan ‘sayang’. Tapi saat itu aku hanya bercanda, tidak sungguh-sungguh. 
Dulu, dia selalu ada saat aku sedang memiliki masalah dengan pacar-pacarku, dia selalu menberiku nasehat. Itu dulu, sekarang dia seperti menjauhiku. Entah salah apa yang ku buat sehingga dia menjauhiku. Apa karena smsku tempo hari yang mengatakan kalau aku menyukainya? Atau dia marah karena aku terlalu mendesaknya untuk mengatakan siapa wanita yang dia sukai saat ini? Entahlah, biarkan saja waktu yang kan menjawab semua ini.
Jujur saja, saat ini aku sangat merindukannya, sampai-sampai terbawa dalam mimpi. Tapi aku malu jika aku harus mengatakan padanya, karena dia tidak mungkin mempercayai apa yang ku katakan. Aku terlanjur selalu mengatakannya jika aku mengirim message duluan. Aku hanya bisa merindukannya dari kejauhan, melihatnya tersenyum bersama teman-temannya dari balik pintu kelasku.
“Lagi apa sih? Dari tadi celingukan keluar terus?” Nesya mengejutkanku.
“Nggak, nggak ada apa-apa kok, cuma lagi pengen aja.” Jawabku bohong.
“Alah, bohong kamu, jujur saja kamu suka sama siapa sih?” selidik Nesya.
“Nggak lagi suka sama siapa-siapa kok, sure...” kataku sambil mengacungkan dua jariku.
“Aku tau kamu, Sam. Kamu nggak bisa bohongin aku!”
“Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas hal ini, suatu saat nanti kamu pasti tau kok,” aku pergi meninggalkan Nesya.
Kalau masalah menutupi perasaan, aku memang pintar. Karena sampai saat ini, tidak ada satupun orang yang tau mengenai perasaanku. Aku berusaha menutupi semuanya serapi mungkin, karena jika satu oreng saja mengetahui hal ini maka satu sekolahpun akan tau.
Saat aku berjalan menuju tempat parkir, di belakang Arya sedang bercanda ria bersama teman-temannya yang lain. Entah mengapa saat aku melihatnya, dia selalu menunduk seolah tidak ingin melihatku. Ingin sekali aku menegurnya dan bertanya ‘mengapa kau bertingkah seperti itu? Apakah kau benci padaku?’ namun aku aku selalu mengurungkan niatku tersebut. Rasa penasaranku selalu menciut saat aku melihat bahwa dia sedang berjalan bersama Revan, teman SMP ku juga.
   Saat sampai dirumah, aku langsung membuka hp ku dan menulis pesan untuk Arya.
‘km knp sih, dri kmren kya yg jauhin aq? :’( ‘ send. Beberapa jam aku menunggu, tidak ada juga balasan, hingga aku tertidur. Dan saat aku bangun pun ia belum juga membalas pesanku. ‘kayanya dia benar-benar nggak mau mengenalku. Bahkan hanya untuk membalas pesan saja, dia nggak mau’ ucapku dalam hati. Tapi ya sudah lah, mungkin aku juga harus menjauhinya dan berusaha untuk menghaouskan rasa cintaku padanya.
Keesokan harinya, kebetulan aku bertemu dengannya di tempat parkir. Aku berpura-pura tidak melihatnya, karena hal itulah yang selama ini ku lakukan semenjak dia menjauhiku.
“Sam!” teriak seseorang dibelakangku. Aku menoleh, Arya melambaikan tangannya. Aku menghentikan langkahku dan menunggu Arya menyusulku.
“Ada apa?” tanyaku dingin.
“Maaf ya, semalam pesan kamu nggak aku bales. Soalnya aku lagi nggak punya pulsa.” Jawabnya.
“Oh iya, nggak apaapa kok.” Ucapku singkat. Hanya itu saja yang dia katakan, setelah itu dia mendahuluiku dan meninggalkanku. Terkadang aku heran mengapa aku bisa menyukai Arya, apa istimewanya dia buat aku? Mengapa rasa aneh itu tidak tidak datang dari dulu, mengapa rasa itu baru datang sekarang? Dia itu pemalu, pendiam, dingin, sederhana, juga bergaya biasa-biasa saja malah terkesan cupu. Mungkin itulah yang membuatku menyukainnya. Ya, aku menyukainya hanya menyukainya, bukan menyayanginya. Tapi itu cukup membuat hatiku tersiksa, karena tanpa ku sadar aku telah jatuh cinta padanya, sosok sederhana yang penuh misteri. Entah sampai kapan aku memendam perasaanku ini padanya, biarlah kisahku mengalir apa adanya, tidak perlu terlalu dipaksakan. Biarkan ku jalani semua suratan yang telah Tuhan tuliska untukku. Berharap Tuhan kan menyampaikan apa yang ku rasa selama ini padamu, Arya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar